Peristiwa proklamasi 1945 membawa
perubahan yang bagi masyarakat Indonesia, dan sekaligus menempatkannya pada
situasi krisis jati diri. Krisis ini terjadi karena Indonesia sebagai sebuah
negara belum memiliki perangkat sosial, hukum, dan tradisi yang mapan. Situasi
itu menjadi ‘bahan bakar’ bagi upaya-upaya pembangunan karakter bangsa di tahun
50-an dan 60-an. Di awal 70-an, ketika kepemimpinan soeharto, orientasi
pembangunan bangsa digeser ke arah ekonomi, sementara proses – proses yang
dirintis sejak tahun 50-an belum mencapai tingkat kematangan.
Dalam latar belakang sosial
demikianlah telekomunikasi dan informasi, mulai dari radio, telegrap, dan
telepon, televise, satelit telekomunikasi, hingga ke internet dan perangkat
multimedia tampil dan berkembang di Indonesia.
A.
Masa Pra-Satelit
1.
Radio dan Telepon
Di
periode pra satelit (sebelum tahun 1976), perkembangan teknologi komunikasi di
Indonesia masih terbatas pada bidang telepon dan radio. Radio Republik
Indonesia (RRI) lahir dengan di dorong oleh kebutuhan yang mendesak akan adanya
alat perjuangan di masa revolusi kemerdekaan tahun 1945, dengan menggunakan
perangkat keras seadanya. Dalam situasi demikian ini para pendiri RRI
melangsungkan pertemuan pada tanggal 11 September 1945 untuk merumuskan jati
diri keberadaan RRI sebagai sarana komunikasi antara pemerintah dengan rakyat,
dan antara rakyat dengan rakyat.
Sedangkan
telepon pada masa itu tidak terlalu penting sehingga anggaran pemerintah untuk
membangun telekomunikasipun masih kecil jumlahnya. Saat itu, telepon dikelola
oleh PTT (Perusahaan Telepon dan Telegrap) saja. Sampai pergantian rezim dari
Orla ke Orba di tahun 1965, RRI merupakan operator tunggal siaran radio di
Indonesia. Setelah itu bermunculan radio – radio siaran swasta. Lima tahun
kemudian muncul PP NO. 55 tahun 1970 yang mengatur tentang radio siaran non
pemerintah.
Periode
awal tahun 1960-an merupakan masa suram bagi pertelekomunikasian Indonesia,
para ahli teknologi masih menggeluti teknologi sederhana dan “kuno”. Misalnya
saja, PTT masih menggunakan sentral-sentral telepon yang manual, teknik radio
High Frequency ataupun saluran kawat terbuka (Open Were Lines). Pada masa itu,
banyak negara pemberi dana untuk Indonesia – termasuk pendana untuk pengembangan
telekomunikasi, menghentikan bantuannya. Hal itu karena semakin memburuknya
situasi dan kondisi ekonomi dan politi di Indonesia.
Tercatat
bahwa pada masa 1960-1967, hanya Jerman saja yang masih bersikap setia dan
menaruh perhatian besar pada bidang telekomunikasi Indonesia, dan menyediakan
dana walau di masa-masa sulit sekalipun. Ketika itu pengembangan telekomunikasi
masih difokuskan pada pengadaan sentra telepon, baik untuk komunikasi lokal
maupun jarak jauh, dan jaringan kabel. Indonesia saat itu belum memiliki
satelit. Sentral telepon beserta perlengkapan hubungan jarak jauh ini diperoleh
dari Jerman. Pada saat itu, Indonesia hanya dapat membeli produk yang sama,
dari perusahaan yang sama, yakni Perusahaan Jerman. Tidak ada pilihan lain bagi
Indonesia.
2.
Televisi
Keleluasaan
barulah bisa dirasakan setelah di tahun 1967/1968 mengalir pinjaman-pinjaman ke
Indonesia, baik bilateral ataupun pinjaman multilateral dari Bank Dunia,
melalui pinjaman yang disepakati IGGI. Akan tetapi, pada masa inipun inovasi dalam
pemfungsian teknologi telekomunikasi masih belum berkembang dengan baik di
negeri ini. Peda dasarnya kita memberi dan memakai perlengkapan seperti
switches, cables, carries yang sudah lazim kita pakai sebelumnya.
Badan
penyiaran televisi lahir tahun 1962 sebelum adanya satelit yang semula hanya
dimaksudkan sebagai perlengkapan bagi penyelenggara Asian Games IV di Jakarta.
Siaran percobaan pertama kali terjadi pada 17 Agustus 1962 yang menyiarkan
upacara peringatan kemerdekaan RI dari Istana Merdeka melalui microwave. Dan
pada tanggal 24 Agustus 1962, TVRI bisa menyiarkan upacara pembukaan Asian
Games, dan tanggal itu dinyatakan sebagai hari jadi TVRI.
Terdorong
oleh inovasi, akhirnya pada tanggal 14 November 1962 untuk pertama kalinya TVRI
memberanikan diri melakukan siaran langsung dari studio yang berukuran 9x11
meter dan tanpa akustik yang memadai. Acaranya terbatas, hanya berupa permainan
piano tunggal oleh B.J. Supriadi dengan pengaruh acara Alex Leo.
Sampai
tahun 1989, TVRI merupakan operator tunggal di bidang penyiaran televise. Jadi
sebelum satelit palapa mengorbit, Indonesia hanya mengenal telekomunikasi yang
bersifat terestrial, yakni yang jangkauannya masih dibatasi oleh lautan.
Telekomunikasi seperti ini tidak bisa menjangkau pulau-pulau kecuali melalui
penggunaan SKKL (Saluran Komunikasi Kabel Laut) yang mahal dan sulit
dipergunakan.
B.
Masa Satelit
1.
Satelit Domestik Palapa
Gagasan
tentang peluncuran satelit bagi telekomunikasi domestik di Indonesia bisa
ditelusuri asal muasalnya dari sebuah konferensi di Janewa tahun 1971 yang
disebut WARCST (World Administrative Radio Confrence on Space
Telecomunication).
Pada
konferensi itu di tampilkan pila pameran dari perusahaan raksasa pesawat
terbang Hughes. Perusahaan inilah yang mengusulkan ide pemanfaatan satelit bagi
kepentingan domestik Indonesia. Hal tersebut disambut oleh Suhardjono yang
berlatar belakang militer dan membawa masalah satelit itu sampai ke Presiden
RI.
Selain
pertimbangan kelayakan ekonomi dan teknis, sejarah peluncuran satelit ini juga
diwarnai oleh kepentingan politik dimana hubungan antara Indonesia dengan
negara- negara lain sudah mulai bersahabat. Di sisi lain, satelit memungkinkan
penyebaran luas ideologi negara ke masyarakat luas melalui TV, satelit juga
menguntungkan secara ekonomi.
Komunikasi
tentang cara-cara menggali sumber daya alam dapat berlangsung dengan mudah. Ini
berlaku untuk kasus tembaga pura (Freeport) dan di Dili. Peluncuran satelit
Palapa di Cape Canaveral, Florida, bulan Agustus 1976 pada panel peluncuran terdapat
3 orang Indonesia dan perwakilan dari perusahaan NASA dan Hughes.
Kejadian
ini diresmikan juga melalui pidato kenegaraan oleh presiden Soeharto di
Jakarta, tanggal 16 Agustus 1976. ini merupakan satu- satunya proyek teknologi
yang mendapat tempat terhormat di gedung Parlemen. Namun peluncuran satelit itu
merupakan kebijakan nasional yang gagasan awalnya dicetuskan oleh pemerintah.
Hal ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa Indonesia pernah mengalami ancaman
perpecahan. Untuk mempersatukan tanah air yang sangat luas ini diperlukan
sarana perhubungan yang mencakup seluruh wilayah nusantara. Proses kelahiran
satelit ini hanya melibatkan sedikit teknokrat dan teknolog yang berpihak pada
kepentingan Orba.
Dampak Setelah Adanya Satelit
Palapa
Dengan
semakin bergantungnya Indonesia pada teknologi satelit, muncullah sejumlah
perusahaan yang bergerak dalam produksi perlengkapan terkait, seperti RFC
(milik Iskandar Alisjahbana), LEN (milik Kayatmo), PT. INTI. Setelah periode
itu, aspek bisnis di dunia telekomunikasi mencuat. Inovasi lebih banyak terjadi
pada penyediaan layanan, sementara pengembangan teknologi untuk komponen
berkurang.
Pertumbuhan
ekonomi yang pesat di tahun 1988 membuat kebutuhan telekomunikasi melonjak
secara drastis. Untuk memenuhi kebutuhan telepon yang melonjak, disadari
pemerintah perlunya perubahan regulasi, yang kemudian membuahkan UU no. 3 tahun
1989 tentang pengertian telekomunikasi yang diperluas hingga mencakup alat
pengiriman data seperti facsimile dan telex, dan lain-lainnya.
Sebelum
lahirnya UU ini, Telkom dan Indosat disebut sebagai badan penyelenggara
telekomunikasi yang menyediakan seluruh jejaring dan layanan jasa. Dampak
positif dari berlakunya UU tersebut adalah mulai masuknya pihak-pihak swasta
dengan modal yang besar, walaupun dalam skala usaha yang terbatas.
Mereka
datang dengan membawa teknologi baru, tenaga ahli, manajemen yang baru. Ini
semua kemudian menciptakan iklim usaha yang baru dalam penyelenggaraan
telekomunikasi di Indonesia. Dengan terlibatnya pihak asing dalam pengadaan
dana, teknologi dan menejemen, perkembangan teknologi telekomunikasi berkembang
dengan pesat. Hal ini terjadi sekitar tahun 1990-an dan dampaknya terlihat
mulai tahun 1991 khususnya terlihat jelas bahwa jangkauan telekomunikasi di
Indonesia menjadi bertambah luas.
Perkembangan
teknologipun berkembang pesat, mulai dari pesawat telepon manual ke otomatis,
dan dari analog menjadi digital. Pada gilirannya perkembangan ini menuntut
adanya pengaturan infrastruktur dan standarisasi peralatan. Tak lama kemudian
masuklah teknologi mobile-telecommunication.
Berkembanglah
pemakaian handphone yang bardampak tumbuhnya usaha-usaha yang tidak hanya
menyediakan layanan atau jejaring saja, melainkan juga membangun pabrik-pabrik
dalam upaya pemenuhan kebutuhan akan kabel. Menarik untuk dicatat bahwa di era
serbuan bisnis telekomunikasi itu, ternyata kaidah dan aturan bisnis
professional tidak sepenuhnya diikuti.
Sementara
itu faktor politik tampaknya justru mengambil peranan penting. Kala itu terjadi
campur tangan bisnis dari “Keluarga Cendana” yang mengambil peranan sebagai
mitra bisnis PT Telkom dan Indosat yang kemudian diikuti oleh krono-kroni
mereka seperti Liem Sio Liong melalui “Sinar Mas”- nya dan lain-lain. Di era
emas telekomunikasi itu, tumbuh dorongan kuat agar Bank Indonesia membuka
pintunya lebar-lebar bagi pihak swasta asing.
Bahkan
mereka menginginkan adanya privatisasi Telkom dan Indosat dalam
penyelenggaraannya. Dampak dari dorongan ini mencuatnya pandangan bahwa
regulasi yang ada sudah tidak memadai lagi. Di sekitar tahun 1996, mulailah
disusun rencana untuk meninjau kembali UU No. 3 tahun 1989.
Nusantara
21
Perkembangan
satelit dipacu lebih lanjut dengan diresmikannya “Nusantara 21” (N21) oleh
presiden RI pada tanggal 27 Desember 1996. Menggelindingnya N21 menjadi masukan
utama untuk pembentukan Tim koordinasi Telematika Indonesia (TKTI) melalui
Kepres No. 30 tahun 1997. Tugas TKTI menurut Inpres No.6 tahun 2001 tentang
pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia adalah :
(1)
Mengkoordinasikan perencanaan dan memelopori
program aksi dan inisiatif untuk meningkatkan perkembangan dan pendayagunaan
teknologi telematika Indonesia serta memfasilitasi dan memantau pelaksanaannya,
(2)
Memperkuat kemampuan menggalang sumber daya yang
ada di Indonesia guna mendukung keberhasilan pelaksanaan semua arah
pengembangan dan pendayagunaan teknologi telematika, melaksanakan forum untuk
membangun consensus antar pihak-pihak terkait di sector pemerintah dan swasta, serta akses mengakses pengalaman
internasional dalam mengembangkan sistem infrastruktur infomasi nasional. Tim ini diketuai oleh Menko Produksi Industri
Strategis (Ginanjar Kartasasmita), wakil ketua Menparpostel, beranggotakan
tujuh menteri departemen (Menkeu, Menhankam, Menpen, Mendagri, Menperindag, Menaker,
dan Mendikbud) serta lima menteri negara (Mensesneg, Menristek, MenPAN,
Menivest, Men-PPN). Visi N21
adalah menyediakan wahana berbasis teknologi telekomunikasi dan informatika
nasional di dalam proses transformasi bangsa Indonesia dari masyarakat
tradisional (traditional society) menjadi sebuah masyarakat yang berwawasan
IPTEK dan berbasis pengetahuan (knowledge based society).
Konsep N21 merupakan jawaban atas
tantangan globalisasi komunikasi dan informasi berupa jaringan komunikasi
terpadu. N21 menggunakan kerangka pendekatan, antara lain, (a) Memanfaatkan
semua teknologi yang dapat mendukung pembangunan di semua sektor; dan (b)
membentuk suatu jaringan maya informasi atau adi marga informasi (virtual
information network atau anformation superhighway) yang menghubungkan seluruh
pelosok tanah air. Tim Koordinasi Telematika Nasional secara paripurna
merumuskan cetk biru pengembangan telematika yang mencakup tiga kelompok utama,
yaitu infastruktur, aplikasi, dan sumber daya.
1.
Infrastruktur
Menurut
Jonathan L.Parapak (Presiden komisaris PT.Indosat) dalam http://www.bogor.net,
perkembangan infrastruktur ini dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain
kebijakan nasional sector telekomunikasi, regulasi sector, kondisi ekonomi
makro, kemampuan para pelaku nasional. Pada tatanan kebijakan patut dicatat
beberapa kemajuan yang sangat penting, antara lain diundangkannya UU tentang
Telekomunikasi no. 36 tahun 1999 dan dikeluarkannya cetak biru kebijaksanaan
tentang telekomunikasi di Indonesia tanggal 20 Juli 1999.
Pada
tatanan regulasi telah dicapai beberapa perkembangan penting antara lain
dimungkinkannya pern swasta dan masyarakat yang semakin tinggi dalam
pengembangan regulasi yang telah terwujud dalam penetapan tariff dan
interkoneksi standard, dan lain-lain. Pada tatanan penyelenggaraan kondisi
monopoli dan duopoli yang masih menghambat peran swasta dan masyarakat lebih
besar, keadaan ekonomi yang baru tumbuh sangat mempengaruhi daya beli
masyarakat.
Dalam
kondisi ini, kelihatannya sasaran pembangunan infrastuktur baik adimarga
informasi, multimedia city akan mengalami penundaan. Namun demikian perlu
dicatat bahwa PT.Telkom telah berupaya membangun lingkar-lingkar adimarga
kepulauan dan infrastruktur multimedia di Jakarta. Infrastruktur informasi
telah maju selangkah dengan beroperasinya satelit Telkom 1.
Salah
satu aspek yang penting adalah pemanfaatan secara optimal infrastruktur yang
ada. Tampaknya perlu dikembangkan kebijaksanaan baik pada tingkat pemerintah
maupun pada tingkat penyelenggaraan agar investasi yang telah dilakukan dapat
termanfaatkan dengan berdaya guna dan berhasil guna bagi berbagai komponen
masyarakat, baik pendidikan, layanan kesehatan, pemerintahan maupun kegiatan
bisnis.
2.
Aplikasi Telematika
Aplikasi
telematika Indonesia terfokus pada pemberdayaan aparatur negara, pemerkayaan
hidup masyarakat (telemedik, telekarya, pendidikan), penciptaan daya saing
bisnis (perbankan,pos,pariwisata,manfaktur), pembangunan informasi dasar dan
aplikasi telematika perlu dilihat dari tatanan kebijakan, regulasi, dan
penyelenggaraan yang di manfaatkan masyarakat.
Dari
sudut pandang kebijakan tampaknya belum terasa perkembangan yang menonjol. Isu
kelembagaan masih banyak diperbincangkan, UU yang terkait dengan atau tentang
telematika (cyber law) masih jauh dari harapan. Beberapa aspek regulasi yang
mendesak, misalnya pengaturan secure transaction, public ke infrastructure
registration authority, electronic payment, certification authority masih belum
dilaksanakan.
Namun,
perhatian pada perlindungan hak kekayaan intelektual semakin tinggi dan upaya
untuk memantapkan regulasi semakin mendapat perhatian dari berbagai pihak. Di
lapangan dapat dicatat perkembangan yang menggembirakan dengan semakin
meluasnya homepage, berkembangnya aplikasi seperti E-commerce, E-Banking,
E-Brokerage, dan lain-lai.
Sektor
pemerintah nampaknya berkembang lamban karena kendala keuangan dan sumber daya
manusia. Beberapa kelompok usaha seperti PT. Telkom, Indosat, Lippo e nett,
nampaknya semakin giat untuk mengejar ketertinggalan masyarakat kita di bidang
aplikasi. Aplikasi seperti E-government, tele-education, telemedicine masih
dalam taraf mula yang perlu di dorong berbagai pihak.
3.
Sumber Daya Telematika
Dalam
bidang sumber daya , diarahkan pada pengembangan SDM, industri dalam negeri,
hukum dan perdagangan, serta kultur informasi. Secara umum dirasakan bahwa SDM
di dalam negeri belum memenuhi harapan untuk berperan dalam pengembangan
teknologi yang berubah begitu cepat.
Namun
demikian, cukup banyak pula SDM Indonesia di bidang telematika yang bekerja di
luar negeri termasuk di sentra-sentra keunggulan. Usaha berbagai pihak khusunya
sector swasta, nampaknya cukup menggembirakan antara lain dikembangkannya cyber
campus seperti ITB, UPH, dan lain-lain. Yang sangat memprihatinkan adalah pengembangan
industri dalam negeri.
Walaupun
berbagi konsep telah cukup lama di bicarakan seperti Hightech Park di Bandung,
Serpong dan lain-lain sampai saat ini belum mencapai kemajuan berarti. Oleh
karena itu perlu dikembangkan kebijaksanaan nasional untuk mendorong
berkembangnya industri dalam negeri di bidang telematika antara lain sistem
insentif.
Dalam
mempromosikan visi N21, inisiasi perlu datang dari pemerintah. Namun secara
bertahap dan interaktif, visi ini perlu mengakomodasi kebutuhan yang khas dari
berbagai kelompok masyarakat maupun departemen. Untuk itu keterlibatan berbagai
kelompokmasyarakat dalam merumuskan dan mewujudkan program-program telematika
perlu ditumbuhkembangkan secara berangsur-angsur.
Hal ini
pada gilirannya akan membatasi peranan pemerintah, khususnya dalam hal
pengadaan dan pengelolaan kandungan informasi. Control informasi dari
pemerintah justru dipandang sebagai faktor penghambat bagi upaya penyejahteraan
masyarakat melalui jejaring telekomunikasi.
Trend Telematika
Trend
telematika di Indonesia pada umunya akan berkembang dengan pesat dengan seiring
berkembangnya teknologi informasi. Masyarakat saat ini tidak harus bersusah
payah untuk menghubungi kerabat, teman atau keluarga mereka atau hanya sekedar
mencari informasi. Mereka sudah bisa mendapatkan informasi melalui fasilitas
telepon, internet dan dapat melihatnya melalui televisi. Trend tersebut akan
berkembang lebih pesat lagi bila diiringi dengan sumber daya yang mumpuni.
Pada prinsipnya berbagai jenis
usaha di dunia telematika dapat di pilah-pilah menjadi berbagai usaha yang
sifatnya modular tidak terlalu tergantung satu dengan lainnya. Beberapa servis
seperti NIC servis & CA/RA/PKI servis memang merupakan servis pendukung
yang sifatnya tidak terlalu profit-oriented, akan tetapi tidak bisa di pisahkan
dari usaha yang didukungnya
Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) juga tidak akan kalah dengan
perkembangan TIK saat ini. Perangkat komputasi berskala terabyte, penggunaan
multicore processor, penggunaan memory dengan multi slot serta peningkatan
kapasitas harddisk multi terabyte akan banyak bermunculan dengan harga yang
masuk akal. Komputasi berskala terabyte ini juga didukung dengan akses wireless
dan wireline dengan akses bandwidth yang mencapai terabyte juga. Hal ini
berakibat menumbuhkan faktor baru dari perkembangan teknologi. Antarmuka pun
sudah semakin bersahabat, lihat saja software Microsoft, desktop UBuntu,
GoogleApps, YahooApps Live semua berlomba menampilkan antarmuka yang terbaik
dan lebih bersahabat dengan kecepatan akses yang semakin tinggi. Hal ini
ditunjang oleh search engine yang semakin cepat mengumpulkan informasi yang
dibutuhkan oleh penggunannya.
Ada lima kelompok industry yang
berperan besar dalam perkembangan trend telematika ke depan, diantaranya:
1.
Infrastruktur Telekomunikasi (biasanya resiko
bisnis paling besar)
2.
Infrastruktur Internet (biasanya resiko bisnis
sedang & rendah)
3.
Hosting service (biasanya resiko bisnis rendah)
4.
Transaction type service (biasanya resiko bisnis
rendah)
5.
Content / knowledge producer (biasanya resiko
bisnis rendah)
Layanan Telematika
Dalam dunia informasi yang
biasanya penggunanya berpendidikan, proses community building agak lebih pelik
dari pada dunia biasa. Konsep penggalangan massa seperti para partai politik di
dunia nyata tidak mungkin dilakukan di dunia maya. Interaksi dua arah berbentuk
diskusi, di talkshow, di kolom-kolom media di tumpu oleh kemampuan leadership
(kepemimpinan), total customer satisfaction dan komitmen kepada masyarakat
berpengetahuan akan menjadi kunci keberhasilan dalam melibatkan masyarakat
dalam kebersamaan.
1. Layanan Informatika di Bidang
Informasi
Pada hakikatnya, penggunaan
telematika dan aliran informasi harus berjalan sinkron dan penggunaanya harus
ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, termasuk pemberantasan
kemiksinan dan kesenjangan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Selain itu, teknologi telematika juga harus diarahkan untuk menjembatani
kesenjangan politik dan budaya serta meningkatkan keharmonisan di kalangan
masyarakat. Salah satu fasilitas bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi
yaitu melalui internet dan telefon. Ada baiknya bila fasilitas publik untuk
mendapatkan informasi terus dikembangkan, seperti warnet dan wartel. Warung
Telekomunikasi dan Warung Internet ini secara berkelanjutan memperluas
jangkauan pelayanan telepon dan internet, baik di daerah kota maupun desa, bagi
pelanggan yang tidak memiliki akses sendiri di tempat tinggal atau di tempat
kerjanya. Oleh karena itu langkah-langkah lebih lanjut untuk mendorong
pertumbuhan jangkauan dan kandungan informasi pelayanan publik, memperluas
pelayanan kesehatan dan pendidikan, mengembangkan sentra-sentra pelayanan
masyarakat perkotaan dan pedesaan, serta menyediakan layanan “e-commerce” bagi
usaha kecil dan menengah, sangat diperlukan. Dengan demikian akan terbentuk
Balai-balai Informasi. Untuk melayani lokasi-lokasi yang tidak terjangkau oleh
masyarakat.
2. Layanan Keamanan
Layanan keamanan merupakan
layanan yang menyediakanan keamananinformasi dan data. layanan terdiri dari
enkripsi, penggunaan protocol, penentuan akses control dan auditin.
layanan keamanan memberikan
fasilitas yang berfungsi untuk memantau dan memberikan informasi bila ada
sesuatu yang berjalan atau beroperasi tidak seharusnya. dengan kata lain
layanan ini sangat penting untuk menjaga agar suatu data dalam jaringan tidak
mudah terhapus atau hilang.
kelebihan dari layanan ini adalah
dapat mengurangi tingkat pencurian dan kejahatan.
contoh layanan keamanan yaitu:
a. navigation assistant
b. weather,stock information
c. entertainment and M-commerce.
d. penggunaan Firewall dan
Antivirus
3. Layanan Context Aware dan
Event-Based Context-awareness
Layanan Context Aware dan
Event-Based Context-awareness merupakan kemampuan layanan network untuk
mengetahui berbagai konteks, yaitu kumpulan parameter yang relevan dari
pengguna (user) dan penggunaan network itu, serta memberikan layanan yang
sesuai dengan parameter-parameter itu. Beberapa konteks yang dapat digunakan
antara lain lokasi user, data dasar user, berbagai preferensi user, jenis dan
kemampuan terminal yang digunakan user. Tiga hal yang menjadi perhatian sistem
context-aware menurut Albrecht Schmidt, yaitu:
a. The acquisition of context
Hal ini berkaitan dengan
pemilihan konteks dan bagaimana cara memperoleh konteks yang diinginkan,
sebagai contoh : pemilihan konteks lokasi, dengan penggunaan suatu sensor
lokasi tertentu (misalnya: GPS) untuk melihat situasi atau posisi suatu lokasi
tersebut.
b. The abstraction and
understanding of context
Pemahaman terhadap bagaimana cara
konteks yang dipilih berhubungan dengan kondisi nyata, bagaimana informasi yang
dimiliki suatu konteks dapat membantu meningkatkan kinerja aplikasi, dan
bagaimana tanggapan sistem dan cara kerja terhadap inputan dalam suatu konteks.
c. Application behaviour based on
the recognized context
Terakhir, dua hal yang paling
penting adalah bagaimana pengguna dapat memahami sistem dan tingkah lakunya
yang sesuai dengan konteks yang dimilikinya serta bagaimana caranya memberikan
kontrol penuh kepada pengguna terhadap sistem.
4. Layanan Perbaikan Sumber
(Resource Discovery Service)
Resource Discovery Service (RDS)
adalah sebuah layanan yang berfungsi untuk penemuan layanan utilitas yang
diperlukan. RDS juga berfungsi dalam
pengindeksan lokasi layanan utilitas untuk mempercepat kecepatan penemuan.
Layanan perbaikan sumber yang
dimaksud adalah layanan perbaikan dalam sumber daya manusia (SDM). SDM
telematika adalah orang yang melakukan aktivitas yang berhubungan dengan
telekomunikasi, media, dan informatika sebagai pengelola, pengembang, pendidik,
dan pengguna di lingkungan pemerintah, dunia usaha, lembaga pendidikan, dan
masyarakat pada umunya. Konsep pengembangan sumber daya manusia di bidang
telematika ditujukan untuk meningkatkan kualitas, kuantitas dan pendayagunaan
SDM telematika dengan tujuan untuk mengatasi kesenjangan digital, kesenjangan
informasi dan meningkatkan kemandirian masyarakat dalam pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi secara efektif dan optimal.
Kebutuhan akan SDM dapat dilihat
dari bidang ekonomi dan bidang politik, yaitu :
1.
Dilihat dari bidang ekonomi
Pengembangan
telematika ditujukan untuk peningkatan kapasitas ekonomi, berupa peningkatan
kapasitas industry produk barang dan jasa.
2.
Dilihat dari bidang politik
Bagaimana
telematika memberikan kontribusi pada pelayanan public sehingga menghasilkan
dukungan politik.
Dari kedua bidang tersebut diatas
kebutuhan terhadap telematika akan dilihat dari dua aspek, yaitu :
1.
Pengembangan peningkatan kapasitas industry.
2.
Pengembangan layana publik.
Sasaran utama dalam upaya
pengembangan SDM telematika yaitu sebagai berikut :
a)
Peningkatan kinerja layanan public yang memberikan
akses yang luas terhadap peningkatan kecerdasan masyarakat, pengembangan
demokrasi dan transparasi sebagai katalisator pembangaunan.
b)
Literasi masyarakat di bidang teknologi telematika
yang terutama ditujukan kepada old generator dan today generation sebagai
peningkatan, dikemukakan oleh Tapscott.
Arsitektur
klien – Server Telematika
Pada post yang lalu kita telah
mengetahui mengenai definisi Telematika. Pada Post kali ini akan dibahas
mengenai arsitektur Klien-server telematika. Arsitektur klien-server telematika
terdiri dari 2 buah arsitektur yakni, arsitektur sisi client dan sisi
servernya.
Asitektur Sisi klien
Istilah ini merujuk pada
pelaksanaan atau penyimpanan data pada browser (atau klien) sisi koneksi HTTP.
JavaScript adalah sebuah contoh dari sisi klien eksekusi, dan cookie adalah
contoh dari sisi klien penyimpanan. Lihat Cookie, Server Side.
Karakteristik Klien :
·
Selalu memulai permintaan ke server.
·
Menunggu balasan.
·
Menerima balasan.
·
Biasanya terhubung ke sejumlah kecil dari server
pada satu waktu.
·
Biasanya berinteraksi langsung dengan pengguna
akhir dengan menggunakan antarmuka pengguna seperti antarmuka pengguna grafis.
·
Khusus jenis klien mencakup: web browser, e-mail
klien, dan online chat klien.
Arsitektur Sisi Server
Sebuah eksekusi sisi server
adalah server Web khusus eksekusi yang melampaui standar metode HTTP itu harus
mendukung. Sebagai contoh, penggunaan CGI script sisi server khusus tag
tertanam di halaman HTML; tag ini memicu tindakan terjadi atau program untuk mengeksekusi.
Karakteristik Server:
·
Selalu menunggu permintaan dari salah satu klien.
·
Melayani klien permintaan kemudian menjawab dengan
data yang diminta ke klien.
·
Sebuah server dapat berkomunikasi dengan server
lain untuk melayani permintaan klien.
Jenis server khusus mencakup: web
server, FTP server, database server, E-mail server, file server, print server.
Kebanyakan web layanan ini juga jenis server.
Jadi, secara umum Arsitektur
Klien-server atau jaringan komputer adalah sebuah aplikasi terdistribusi
arsitektur yang partisi tugas atau beban kerja antara penyedia layanan (server)
dan pelayanan pemohon, disebut klien. Sering kali klien dan server beroperasi
melalui jaringan komputer pada hardware terpisah. Sebuah mesin server adalah
performa tinggi host yang menjalankan satu atau lebih program server yang
berbagi sumber daya dengan klien. Seorang klien tidak berbagi apapun dari
sumber daya, tetapi meminta server layanan konten atau fungsi. Oleh karena itu
klien memulai sesi komunikasi dengan server yang menunggu (mendengarkan) masuk
permintaan.
Dalam perkembangannya, client/
server dikembangkan oleh dominasi perusahaan software besar yaitu Baan,
Informix, Lotus, Microsoft, Novell, Oracle, PeopleSoft, SAP, Sun, dan Sybase.
Perusahaan-perusahaan ini adalah superstar pada era pertama dimunculkannya
konsep client/ server. Saat ini perusahaanperusahaan ini telah menjadi
perusahaan komputer yang stabil dan besar.
Berikut ini adalah penjelasan
mengenai beberapa kolaborasi arsitektur sisi client dan sisi server :
1)
Arsitektur Single- Tier
Definisi satu-tier arsitektur,
seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini, adalah bahwa semua komponen
produksi dari sistem dijalankan pada komputer yang sama. Ini adalah sederhana
dan paling mahal alternatif. Ada kurang perlengkapan untuk membeli dan
mempertahankan. Kelemahan dari jenis ini pelaksanaan keamanan lebih rendah dan
kurangnya skalabilitas. Sebuah arsitektur skalabel ketika dapat dengan mudah
diperluas atau ditambah untuk memenuhi kebutuhan peningkatan kinerja.
Setelah semua komponen utama
situs dan data di satu komputer di belakang firewall daun domain situs lebih
rentan terhadap serangan berbahaya. Menjalankan semua komponen situs pada
sebuah komputer juga membatasi ekspansi dan optimalisasi kemungkinan. Anda hanya
dapat menambahkan begitu banyak memori atau begitu banyak CPU untuk sebuah
server tunggal.
2)
Arsitektur Two-tier
Dalam dua lapis klien / server
arsitektur, antarmuka pengguna pengguna ditempatkan di lingkungan desktop dan
sistem manajemen database jasa biasanya dalam sebuah server yang lebih kuat
merupakan mesin yang menyediakan layanan bagi banyak klien. Pengolahan
informasi dibagi antara sistem user interface lingkungan dan lingkungan server
manajemen database. Manajemen database server mendukung untuk disimpan prosedur
dan pemicu.. Vendor perangkat lunak menyediakan alat-alat untuk menyederhanakan
pengembangan aplikasi untuk dua lapis klien / server arsitektur
3) Arsitektur Three-tier
Arsitektur Three-Tier
diperkenalkan untuk mengatasi kelemahan dari arsitektur two-tier. Di tiga
tingkatan arsitektur, sebuah middleware digunakan antara sistem user interface
lingkungan klien dan server manajemen database lingkungan. Middleware ini
diimplementasikan dalam berbagai cara seperti pengolahan transaksi monitor,
pesan server atau aplikasi server. The middleware menjalankan fungsi dari
antrian, eksekusi aplikasi dan database pementasan. Di samping itu middleware
menambahkan penjadwalan dan prioritas untuk bekerja di kemajuan. Three-tier
klien / server arsitektur digunakan untuk meningkatkan performa untuk jumlah
pengguna yang besar dan juga meningkatkan fleksibilitas ketika dibandingkan
dengan pendekatan dua tingkat. Kekurangan dari tiga tingkatan arsitektur adalah
bahwa lingkungan pengembangan lebih sulit untuk digunakan daripada pengembangan
aplikasi dari dua lapis.
•
Three tier dengan pesan server
Pada arsitektur ini, pesan akan
diproses dan diprioritaskan asynchronously. Header pesan memiliki prioritas
yang mencakup informasi, alamat dan nomor identifikasi. Server pesan link ke
relasional DBMS dan sumber data lainnya. Pesan sistem alternatif untuk
infrastruktur nirkabel.
•
Three tier dengan server aplikasi
Arsitektur ini memungkinkan tubuh
utama untuk menjalankan sebuah aplikasi pada tuan rumah bersama bukan di sistem
user interface lingkungan klien. Server aplikasi logika bisnis saham,
perhitungan dan pengambilan data mesin. . Dalam aplikasi arsitektur ini lebih
terukur dan biaya instalasi kurang pada satu server dibandingkan mempertahankan
masing-masing pada klien desktop.
Arsitektur Three - Tier
Arsitektur three-tier,
ditunjukkan pada gambar di atas, memisahkan Web Server ke mesin yang terpisah
di DMZ. Pilihan ini, sementara ini adalah yang paling mahal, adalah yang paling
aman dan terukur dari tiga pilihan. Masing-masing dari tiga server kini dapat
dioptimalkan untuk puncak efisiensi operasi. Fungsi utama Web Server jaringan I
/ O, Perdagangan Server CPU-intensif dan Database Server disk I / O intensif.
Commerce Server yang telah
dipindahkan di belakang firewall yang kedua. Ini mengurangi resiko keamanan.
Memisahkan Web Server dari Commerce Server memungkinkan horizontal scaling.
Seperti di situs penggunaan tumbuh, Commerce Server tambahan dapat ditambahkan
dan aplikasi dapat akan di kloning di beberapa komputer. Perhatikan bahwa
WebSphere Commerce Professional atau Enterprise diperlukan untuk mendukung
horizontal scaling dan kloning.